Kamis, April 22, 2010

THE PHANTOM OF THE OPERA

Di Gedung Opera Paris melekat legenda Hantu Opera (The Phantom of the Opera) yang dipercayai banyak orang. Hantu itu berupa sesosok laki-laki kurus yang memakai mantel hitam berekor. Seorang saksi yang pernah menyaksikannya, mengungkapkan profil si Hantu.

"Sosoknya luar biasa kurus; mantel hitamnya menggantung bebas di badannya yang hanya tulang-tulang. Matanya menatap tajam ke depan, tidak bergerak, dan letaknya begitu dalam di rongga matanya sehingga kau nyaris tidak melihatnya. Kau hanya melihat dua buah lubang gelap, seperti yang biasa terlihat pada tengkorak. Kulitnya sekeras kulit beduk. Warnanya bukan putih, melainkan kuning kusam. Hidungnya begitu kecil sehingga kau tidak dapat melihatnya ketika memandangnya dari samping, dan ketiadaan hidung tersebut membuatnya kelihatan menyeramkan. Rambutnya berupa tiga atau empat gumpalan hitam yang terjurai di dahi dan di belakang telinga." (hal. 19).

Kehadiran hantu itu dijadikan lelucon bagi sebagian orang, sedangkan bagi kalangan yang pernah melihat atau memiliki pengalaman langsung dengannya, menyimpan kepercayaan tersendiri pada makhluk itu, termasuk soal balkon nomor 5 yang sudah jadi `milik' Hantu Opera. Penulis buku ini, Gaston Leroux, meyakinkan pembaca bahwa hantu itu benar-benar ada. Namun ia bukan sesuatu yang mistis. Hantu itu adalah sosok manusia riil yang berdarah-daging dan bernyawa.

Sebagai kisah klasik yang menarik, The Phantom of the Opera sudah diadaptasi ke berbagai bentuk, seperti film berjudul sama yang dibintangi oleh Gerard Butler, Emmy Rossum, dan Patrick Wilson pada tahun 2004. Ceritanya cukup klise, berpulun tentang kisah cinta segitiga antara seorang soprano (penyanyi opera) bernama Christine Daaé yang dicintai oleh makhluk buruk rupa bergelar Hantu Opera dan seorang bangsawan muda bernama Viscount Roul de Chagny. Daaé yang awalnya hanya seorang soprano biasa, mendadak menjadi terkenal setelah berlatih bernyanyi dibimbing Malaikat Musik yang tak lain adalah Hantu Opera.

Drama misteri percintaan yang berlatar tahun 1864 itu berhubungan dengan peristiwa misterius yang terjadi di ruang santai penari dalam gedung Opera. Kejadian itu berupa penculikan Christine Daaé, menghilangnya Viscount Roul de Chagny, dan tewasnya Viscount Philippe de Chagny (kakak Roul) di tepi telaga yang mengarah ke Rue Scribe di bawah gedung Opera.

Hal-hal aneh hadir mengiringi petualangan Chistine dan Roul yang ternyata telah saling mengenal sejak kecil. Mereka dikejar-kejar teror Hantu Opera yang tidak rela Chistine jatuh ke pelukan laki-laki lain. Ada bagian-bagian yang menggidikkan. Di antaranya saat Hantu Opera perlahan-lahan membuka topeng putih penutup wajahnya di hadapan Chistine. Suasana horor begitu seram ketika Chistine menyaksikan rupa tengkorak yang mengerikan. Di akhir kisah, Christine mencium muka itu.

Novel ini menyenangkan untuk dibaca. Terutama bagi penyuka sastra klasik. Lebih syahdu bila membacanya sambil mendengarkan musik Mozart atau iringan biola yang menyayat.[]

(Resensi: Ade Efdira)

Detail Buku
Judul: THE PHANTOM OF THE OPERA
Penulis: Gaston Leroux
Penerbit: Serambi
Cetakan: I, Februari 2010
Tebal: 488 hlm

Tidak ada komentar: