Rabu, November 05, 2008

Semua Tentang Jakarta_Bag. 2 (Wajah Asli Ibu Kota)

Macet lagi ... macet lagi!!! Tapi Si Komo kok gak lewat???
Tetap saja. Apakah si Komo lewat, lari, lompat, atau pun terbang di tengah Jakarta, si Ibu Kota akan selalu macet ... macet dan macet. Itulah hal lain yang juga tak kalah kontrasnya di Jakarta.

Jalanan di Jakarta, teramat lebar bila dibandingkan dengan jalan protokol di daerah lain, apa lagi di daerah asalku, Kendari. Begitu pula, dengan volume kendaraan yang menindas jalan di kota ini setiap hari, begitu banyak, sehingga saking banyaknya, mesin bergerak buatan manusia itu sering berebutan untuk lewat dan menikmati perjalanan, sembari meninggalkan yang lain dalam penantian yang menyebalkan. Tak jarang, malah mesin-mesin itu membuat warga Ibu kota harus saling berkompetisi bahkan saling adu jotos, agar bisa menguasai si jalan yang mungkin tengah menangisi atau malah menertawai tingkah manusia-manusia bodoh itu.
Gedung. Jangan ditanya soal yang satu ini. Bangunan berkotak-kotak, tinggi menjulang dengan angkuh melambangkan peradaban yang sangat tinggi, selalu dapat ditemui di sudut kota ini. Kota yang dibangun dengan design arsitektural yang sarat akan eksotika dan estetika seni. Pemandangan yang menakjubkan, membuat mata susah untuk tertutup demi menikmati keajaiban kecil yang dapat dibuat manusia saat ini.
Namun, lebih kritis lagi ... pemandangan itu ternyata tidak seindah yang dilihat oleh mata. Ada satu hal yang mengusik. Pemandangan itu ternyata begitu sangat dan bahkan terlalu kontras. Benar-benar kontras. Gedung-gedung angkuh yang hendak mencapai puncak biru lazuardi, seolah dengan damai hidup berdampingan dengan pemukiman-pemukiman milik warga yang secara kasar mungkin bisa dianggap sebagai kaum marginal Ibu Kota, mulai dari level menengah, sedikit di bawah menengah, hingga level yang paling bawah, bahkan berdampingan dengan mereka yang tidak mempunyai atap peneduh sekalipun. Ironis dan sungguh kontras.
Aku jadi bertanya sendiri. Yang manakah yang merupakan wajah Ibu kota yang asli? Yang sebenarnya? Apakah ia punya dua wajah. Tidak. Pasti salah satunya hanyalah topeng yang menutup keburukan yang lain. Menutup lembar hitam sisa-sisa kebobrokan masa lampau. Mencoba menipu mata dengan menampilkan kamuflase visual lewat pemandangan ajaib yang memabukkan mata. Namun mereka lupa, masih ada mata hati yang tak kan tertipu.
Aku jadi teringat dengan pengalamanku saat berkunjung ke salah satu Taman Baca Anak di daerah Cipinang, Jakarta Timur. Waktu itu masih bulan Ramadhan. Aku megikuti kegiatan yang diselenggarakan oleh sebuah Komunitas Relawan yang bergerak di bidang Perpustakaan anak, Komunitas 1001 Buku.
Itu adalah kali pertama aku ke Cipinang. Saat itu pula aku pertama kali melihat langsung LP Cipinang yang sangat terkenal dan sering masuk TV karena menjadi sarang mereka yang terlibat kontak dengan setan yang beranama asli NARKOBA. Di sanalah aku menyaksikan salah satu bentuk wajah Ibu kota yang kata teman seperjalananku adalah wajah Ibu kota yang sebenarnya. "Jangan hanya lihat di Kuningan Dam! Itu hanya kamuflase saja. Seperti inilah wajah Ibu kota yang asli Dam!" Begitulah yang ia katakan kepadaku. Mataku jadi sedikit terbuka.
Walau saat itu aku baru Tiga bulan di Jakarta, namun aku sudah cukup hafal dengan gedung-gedung yang ada di kawasan Segitiga Emas Jakarta, ada juga yang menyebutnya kawasan Segitiga Bisnis Jakarta, Kuningan-Sudirman-Thamrin. Bagaimana tidak. Aku tinggal, kuliah, dan hampir setiap hari berlalu-lalang tidak menentu di kawasan yang dipenuhi gedung pencakar langit itu. Namun aku mulai mengerti akan kepalsuan itu. Tidak lebih dari topeng yang menutup luka yang tergores di wajah Ibu kota. Wajah asli Jakarta.
Seperti Jakarta Under Cover yang sudah diungkap oleh bang Muamar Emka. masih banyak yang akan terungkap dari sisi gelap Jakarta. entah sekarang, esok, lusa atau nanti.
Yang pasti ini baru permulaan ....
tunggu saja ...
Menunggu memang menyakitkan.
lebih menyakitkan lagi kalau yang ditunggu tidak bisa kita temui.
maka menunggulah ...
(Catatan yang kubuat di Perpus. BSM Tercinta)

Tidak ada komentar: