Kamis, November 20, 2008

Tentang Jakarta Bag.3_Indonesia Book Fair 2008

Sabtu, 15 November 2008_Sadam ke Indonesia Book Fair Jakarta Convention Center (JCC)
Di sini ada jalan menuju dunia kampus : http://www.campuzsadam.blogspot.com/
di sini juga ada, Lorong menuju dunia Puitisasi : http://www.kumpulanpuisisadam.blogspot.com/
Jangan menyepelehkan hal sekecil apa pun. Karena segala yang besar, sebelumnya hanyalah tumpukan benda-benda kecil.
Kaki melangkah berat menuju halte GOR-SOEMANTRI Pasar Festival, yang hanya berjarak sekitar seratus meter dari halaman kampus. Sudah pukul 2.12 siang. Dua novel pinjaman dari Perpusda Nyi Ageng Serang, Cermin Merah dan Labirin Malam (Metro Pop, karya N.Riantiarno) melekat erat di kedua tangan. Kali ini tanpa sapu tangan biru yang biasanya selalu kubawa. Cukup sepi manusia yang mengantri di halte. Paling tidak untuk sementara waktu. Si bus Raksasa pun muncul di depan diri, dengan membawa angin penuh debu. Menggeser pintu kaca otomatis yang kini menganga membuka jalan bagi kaki yang sudah cukup letih menanti.
Dalam sekejap, gedung-gedung pencakar langit di kawasan Kuningan, melesat bagai angin, seiring hawa dingin dari dalam Busway yang mulai merayap memasuki ubun-ubun. Menjalar hingga ke kaki terbawah, menusuk sumsum, namun darah masih hangat, Tubuh tak bergetar. Bahkan mata tak bergeming. Bagaimana bisa. Pemandangan di Luar masih teramat indah untuk dilewatkan. Meski untuk sekejap. Padahal aku sudah cukup lama dan akur dengan pemandangan ini. Namun seakan tak pernah ada rasa bosan menikmatinya. Itulah Jakarta yang lagi kurasakan saat itu.
Beberapa menit berlalu dalam kebekuan mata. Tanpa terasa, aku sudah berada di depan Menara Imperium, Setia Budi Utara. Halte Menara Duta tampak di depanku. Mengingatkan pada setting film "Muka Pengen-Mupeng" yang berlatarkan halte tersebut. Lalu mesin membawa bus seakan terbang, mendaki fly over menuju halte Taman Lawang alias LatuharHary perbatasan dengan daerah Menteng. Lagi-lagi mengingatkanku pada setting film yang tadi. Karena memang daerah ini juga masuk dalam satu adegan kocak di film komedi nakal itu. Halte Halimun menunggu di seberang kali Ciliwung yang mengalir memisahkan Manggarai dengan Menteng.
Aku menutup mata, mencoba mencari pemandangan lain dalam jiwa yang lelah. Kendaraan lalu-lalang tanpa henti dan suara bising mesin busway membuatku tak bisa berlama-lama memejamkan mata. Terlebih setelah berhenti di Halte Halimun, penumpang bus justru semakin bertambah banyak. Semakin rapat. Semakin pengap. Walau pun dingin. Aneh!
Tikungan terkahir menghentikan bus di Halte Transit Terpanjang, Terminal Dukuh Atas 2. Aku keluar bus dengan nafas memburu. Bagaimana tidak. Sudah pukul 2.25 pM. Sebentar lagi, sudah harus Ashar. Sementara itu, ketika aku mulai mendaki di Sky Walk, bayangan Halte Dukuh Atas 1 yang penuh dengan antrian penumpang mulai nampak di mataku. Antrian panjang tidak hanya ke satu arah. Blok M-Kota, sama-sama dipenuhi antrian penumpang.
Aku menuju antrian arah Blok M. Sangat penuh dengan penumpang. Dapat kubayangkan betapa banyaknya manusia yang kini telah berlalu-lalang di dalam JCC. Plenary Hall, Main Loby, Assembly Hall, atau yang mana pun. Pasti sudah dipenuhi dengan pengunjung. Bahkan aku yakin, tak hanya warga Ibu kota yang datang. Warga luar Jakarta pasti banyak yang berdatangan di Event besar itu. Tunggu!!! Bukankah aku juga bukan dari Jakarta??? Tidak. Untuk kasus ini aku sudah termasuk warga ibu kota.
Tapi itu bukanlah persoalan. Yang menjadi masalah kali ini, adalah ketika aku sudah sampai di Halte Polda Metro Jaya. Aku lalu berlari sekuat tenaga. Memburu waktu untuk sampai ke garis finish. Namun aku kalah oleh waktu. Ya waktu selalu meraja. Aku bahkan tak tahu arah. JCC. Di manakah existensimu? Di manakah kau berpijak?
Namun akhirnya alam memberi tahuku. Semut-semut merah menuntun jalanku. Angin seakan hendak membawaku terbang melayang menuju tempat yang ku pikirkan saat ini. Banyak manusia lain juga bergerak cepat ke arah yang sepertinya sama dengan langkah kakiku. Sepertinya arahnya ke sana. Batinku sendiri. Lalu kaki seolah ingin terus melangkah tanpa henti. Menyusuri jalanan dengan aspal halus yang kian menghangat, seiring surya yang mulai menapaki kaki langit di ufuk barat. Sudah Ashar. Tepat! Kini aku berada di halaman parkir Balai Sidang Jakarta International Convention Center.
Hiruk-pikuk pengunjung yang berdatangan membuat kepalaku jadi pusing. Namun keinginan kuat untuk menyaksikan bagaimanakah bentuk pameran buku itu?? Tunggu Lagi!!! Aku lupa, sebenarnya, tujuan utama aku datang adalah untuk membeli Flash Disc 2GB seharga Rp. 25.000 yang katanya di jual dalam pameran ini. Karena pameran ini terdiri dari 3 Stand, yaitu, Book Fair atau Pameran Buku, Indo.Comp. yakni pameran berbasis IT, dan Indonesia Game Show.
Aku mencari-cari. Masih mencari dia. Di manakah gerangan si Rumah Tuhan. Nihil!!! Aku tak menemukan satu pun Masjid di sekitar JCC. Bahkan Mushalla di luar hanya satu itu pun kecil dan satu bangunan dengan kantor Pos-Polisi. Satu lagi potret buram Ibu kota. Pembangunan gedung bertingkat sangat memadai. Namun pembangunan rumah-rumah ibadah, sangatlah minim. Seakan mereka melupakan Tuhan. Seakan mereka melupakan mati. Seakan mereka tak akan mati. Atau mungkin mereka tak ingat mati? Atau tak ingin? atau mereka tak ingat karena mereka tak ingin mati??? Entahlah ...
Kaki memutuskan untuk mengantri di depan loket Indo.Comp. Ekshibisi barang-barang berbau IT yang terbesar di Indonesia. Harga tiketnya Rp. 5000. Murah!!! Aku bahagia. Ternyata Ibu kota tidak selalu menampakkan kekerasan. Kadang ia memang sangat bersahabat. Berada di antrian terakhir ternyata cukup melelahkan juga. Beberapa menit kemudian, kaki sudah berada di dalam gedung dan yang pertama membuat bibir tersenyum adalah ...
Ada Christian Sugiyono!!!
Lebay!!! Dia menjadi bintang tamu di Stand milik Komputer Hp. MC Yang mengajaknya berdialog adalah cowok klimis dan terkesan feminim dengan dandanannya yang casual. Tapi itu tidak penting. Bahkan sangat tidak penting!!! Yang penting adalah kaki ini harus segera menemukan mushalla terlebih dahulu. Lalu ruangan tempat Acer berada kini muncul di mataku. Lalu Zahir Accounting Software, V-gen, Toshiba, entah apa lagi namanya. Jumlahnya masih kalah banyak dengan jumlah manusia yang mengerumuninya. Benar-benar lautan manusia. Bahkan dadaku hampir sesak bernafas. Sungguh banyak. Sangat banyak. Tidak. Terlalu banyak!!!
Setelah mata nihil menemukan mushalla, kaki bergerak ke arah yang berlawanan dengan mataku yang masih terpaku dengan si Artis yang masih bertengger di atas panggung. Aku memasuki kawasan perbatasan area Indo.Comp. dengan Book Fair. Cap!!! Stempel merah melayang di punggung tangan kananku. Pertanda aku telah keluar dari area Computer. Sekarang aku berada di zone kekuasaan buku. Aku menoleh ke Bawah dan menemukan apa yang ku cari. Mushalla sudah dipadati umat. Namun tak sepadat yang kusaksikan sebelumnya di wilayah barang elektronik. Aku berlari turun. Menunaikan kewajiban. Shalat dengan khusuk.
Sehabis salam dan merapikan diri, kaki kembali bergerak cepat, menyusuri tangga seperti dari Pualam yang menghubungkan basement dengan Main Loby tempat Book Fair bergema. Ada stand milik harian Kompas, Erlangga, Buku bekas Import, wah!!! Ada juga stand khusus koleksi buku dan gambar dari Iran. Menakjubkan! Lalu semakin ke dalam, mata semakin menemukan kepadatan. Kebisingan yang sangat. Lautan manusia tak kalah banyak dengan yang ada di negara bagian Komputer tadi. Suatu bentuk kesetaraan yang cukup adil. Para penikmat IT setara dengan Kutu Buku.
Aku bergerak ke sebuah sumber suara yang sepertinya mengabarkan suatu berita yang hangat di telingaku. Ada Talk Show dengan seorang penulis terkenal bernama Tere-Liye. Dia pengarang salah satu Novel Best-Seller "Bidadari2 Surga" dan "Hafalan Shalat Delisha". Aku jadi panas! Ingin bertemu dengan orang yang sudah berpengalaman dengan bidang yang tengah aku tekuni saat ini. Penulis Hebat! Harus ketemu! Pasti ketemu!
Alhasil, pencarian yang tidak sia-sia. Aku menemukan panggung utama Book Fair. Sudah banyak pengunjung yang datang. Aku tak dapat tempat duduk. Aku berdiri. Lagi-lagi berdiri. Selalu saja berdiri!!!
Lalu hadirlah dia sang penulis ... Tere Liye

Tidak ada komentar: