Kamis, Juli 29, 2010

Teringat Mozaik-Mozaik Lama


Bismillaah ...


Di sudut kampus, gue duduk sendiri menikmati angin sore Jakarta yang seperti biasanya "tidak pernah segar". penuh polusi, debu apalagi, dan bercampur dengan berbagai hal lain yang membuatnya semakin khas. ya, udara Jakarta menurut gue adalah hal yang paling khas di ibukota ini. udara Jakarta juga yang secara mengejutkan menyibak pikiran gue sore ini dan membawa gue ke dalam labirin-labirin memori masa lalu.

gue teringat dengan mereka-mereka yang kutinggalkan disana. nggak terasa ini sudah masuk tahun ketiga gue merantau di negeri orang. bahkan sekarang sudah ramadhan dan lebaran ketiga gue nggak pulang-pulang. terus mencoba mengadu nasib dalam dunia pendidikan yang semakin hari tidak juga menunjukkan sebuah peningkatan yang berarti. hanya mencoba bertaruh dengan apa yang telah digariskan oleh Dia yang mengatur segalanya di atas sana. siapa tahu pengorbanan perantauan ini bisa memberi hasil yang positif dan memuaskan banyak pihak terutama mereka yang telah banyak berkorban untuk gue di kampung halaman.

hal terakhir ini lah yang secara tiba-tiba membuat gue menjadi sangat melankoli sore ini. gue teringat dengan senyum dan tangis orang tua yang melepas gue di bandara saat itu. betapa apa yang mereka korbankan ternyata begitu tak ternilai dengan apa yang gue berikan. dan betapa sungguh begitu besarnya asa mereka akan permainan nasib yang kini sedang gue jalani disini. mereka hanya bisa bisa berharap bahwa gue bisa memberikan yang terbaik. tapi entah gue bisa memberikan itu atau tidak, saat ini gue hanya bisa tertunduk, malu sekaligus tertantang untuk menjawabnya.

gue juga teringat dengan saudara dan handai tolan yang sudah lama sekali tidak kusapa disana. paling tidak hanya sekadar mengirimkan pesan singkat pun sudah jarang lagi akhir-akhir ini. selain upaya menghemat pengeluaran dari aktivitas mobile seperti ini, tetatpi juga karena waktu yang terkuras habis untuk mengurusi aktivitas-aktivitas dan rutinitas serta tanggungjawab disini. membuat komunikasi dengan mereka menjadi hal tidak lagi diprioritaskan. dan sore ini, udara kotor Jakarta, secara mengejutkan menyeret gue dalam kisi-kisi memori tentang mereka semua disana.

mungkin ini peringatan aja bahwa gue tidak boleh terlalu terlena dengan perjuangan, larut dalam euforia pengalaman merantrau di negeri orang dan menjadi lupa dengan semua yang di belakang. kesimpulan sesaat gue seperti itu.


Dan Kini Kubiarkan Masa Lalu Menghilang,
Tanpa Beban Aku Meninggalkan Belakang ... [Mungkin kah? Mungkin sih, tapi berat!]


2 komentar:

Yamete mengatakan...

Kunjungan perdana bos...
wahaha....
jaman2 masih muda udah berani dipublish nih...
nice photo...

lostphobia.blogspot.com

sadam_ibel_sukses_blogzone mengatakan...

yah namanya jg anak muda boss, apa aja ditampilin, mulai dr yg benernya smpe yg kagak bnernya jg, whahahahaha...

thanks boss